Kamis, 23 Juni 2016

mitos dan peran ratu kalinyamatan dalam perkembangan masyarakat jepara



PENGANTAR ILMU BUDAYA
MITOS DAN PERAN RATU KALINYAMAT DALAM PERKEMBANGAN MASYARAKAT JEPARA























Disusun oleh:
Marizka Khoirunnisa’ (2301415040)



FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016





A.    Ratu Kalinyamat
Ratu Kalinyamat adalah putri Pangeran Trenggana dan cucu Raden Patah, sultan Demak yang pertama. Ratu Kalinyamat mempunyai nama asli Retna Kencana yang kemudian dikenal sebagai Ratu Kalinyamat. Retna Kencana kemudian tampil sebagai tokoh sentral dalam penyelesaian konflik di lingkungan keluarga Kesultanan Demak. Setelah kematian Arya Penangsang, Retna Kencana dilantik menjadi penguasa Jepara dengan gelar Ratu Kalinyamat. Penobatan ini ditandai dengan sengkalan tahun (candra sengkala) Trus Karya Tataning Bumi yang diperhitungkan sama dengan 10 April 1549. Selama masa pemerintahan Ratu Kalinyamat, Jepara semakin pesat perkembangannya. Menurut sumber Portugis yang ditulis Meilink-Roelofsz menyebutkan bahwa Jepara menjadi kota pelabuhan terbesar di pantai utara Jawa dan memiliki armada laut yang besar dan kuat pada abad ke-16.
Ratu Kalinyamat dapat digambarkan sebagai tokoh wanita yang cerdas, berwibawa, bijaksana, dan pemberani. Kewibawaan dan kebijaksanaannya tercermin dalam peranannya sebagai pusat keluarga Kesultanan Demak. Walau pun Ratu Kalinyamat sendiri tidak berputera, namun ia dipercaya oleh saudara-saudaranya untuk mengasuh beberapa keponakannya. Menurut sumber-sumber sejarah tradisional dan cerita-cerita tutur di Jawa, ternyata ia menjadi pusat keluarga Kerajaan Demak yang telah tercerai berai sesudah meninggalnya Sultan Trenggana dan Sultan Prawata.
Ratu Kalinyamat adalah seorang raja perempuan yang bertempat tinggal di Kalinyamat, suatu daerah di Jepara yang sampai sekarang masih ada. Kalinyamat kira-kira 18 kilo meter dari Jepara masuk ke pedalaman, di tepi jalan ke Jepara-Kudus. Pada abad ke-16 Kalinyamat menjadi tempat kedudukan raja-raja di Jepara. Kalinyamat adalah nama suatu daerah yang juga dipakai sebagai nama penguasanya. Th. C. Leeuwendal, Asisten Residen Jepara dalam Oudheidkundig Verslag 1930 menjelaskan mengenai lokasi kraton Kalinyamat dengan menggunakan berita dari Diego de Couto. Peta Karesidenan Kalinyamat terletak kira-kira 2 pal sebelah selatan Krasak dan di sebelah barat jalan besar Kudus-Jepara.

B.     Peran Ratu Kalinyamat terhadap Masyarakat Jepara
Di bawah pemerintahan Ratu Kalinyamat, Jepara mengalami perkembangan tersendiri. Kekalahan dalam perang di laut melawan Malaka pada tahun 1512-1513 pada masa pemerintahan Pati Unus, menyebabkan Jepara nyaris hancur. Akan tetapi perdagangan lautnya tidaklah musnah sama sekali. (H.J. de Graaf, 1986: 125). Kegiatan ekonomi menjadi semakin terbengkalai pada saat wilayah Kesultanan Demak menjadi ajang pertempuran antara Arya Penangsang dengan keturunan Sultan Trenggana. Meski pun demikian, perdagangan lautnya masih dapat berlangsung, walau kurang berkembang.
Setelah berakhirnya peperangan melawan Arya Penangsang, Jepara mengalami perkembangan tersendiri. Apabila Sultan Pajang sibuk dalam rangka konsolidasi wilayah, maka Jepara pun sibuk membenahi pemerintahan dan ekonomi yang terbengkelai selama intrik politik berlangsung. Perdagangan di laut Jepara dapat berlangsung meski pun kurang berkembang.
Namun beberapa tahun setelah berkuasa, Ratu Kalinyamat berhasil memulihkan kembali perdagangan Jepara. Konsolidasi ekonomi memang diutamakan oleh Ratu Kalinyamat. Di bawah pemerintahannya, pada pertengahan abad ke 16 perdagangan Jepara dengan daerah seberang laut semakin ramai. Pedagang-pedagang dari kota-kota pelabuhan di Jawa seperti Banten, Cirebon, Demak, Tuban, Gresik, dan juga Jepara menjalin hubungan dengan pasar internasional Malaka. Dari Jepara para pedagang mendatangi Bali, Maluku, Makasar, dan Banjarmasin dengan barang-barang hasil produksi daerahnya masing-masing (Meilink Roelofsz, 1962: 103-115). Dari pelabuhan-pelabuhan di Jawa diekspor beras ke daerah Maluku dan sebaliknya dari Maluku diekspor rempah-rempah untuk kemudian diperdagangkan lagi. Bersama dengan Demak, Tegal, dan Semarang, Jepara merupakan daerah ekspor beras (Armando Cortesao, 1967: 188).
Menurut berita Portugis, Ratu Jepara itu merupakan tokoh penting di Pantai Utara Jawa Tengah dan Jawa Barat sejak pertengahan abad ke-16 (H.J. de Graaf, 1986 : 128). Di bawah Ratu Kalinyamat, strategi pengembangan Jepara lebih diarahkan pada penguatan sektor perdagangan dan angkatan laut. Kedua bidang ini dapat berkembang baik berkat adanya kerjasama dengan beberapa kerajaan maritim seperti Johor, Aceh, Banten, dan Maluku.
Meski pun daerahnya kurang subur, namun di wilayah kekusaan Ratu Kalinyamat terdapat empat kota pelabuhan sebagai pintu gerbang perdagangan di pantai utara Jawa Tengah bagian timur yaitu Jepara, Juana, Rembang, dan Lasem. Oleh karena itu wajar apabila Ratu Kalinyamat dikenal sebagai orang yang kaya raya. Kekayaannya diperoleh melalui perdagangan internasional, terutama dengan Malaka dan Maluku. Jepara merupakan pensuplai beras yang dihasilkan di daerah hinterland. Selain berperan sebagai pelabuhan transito juga menjadi pengekspor gula, madu, kayu, kelapa, kapok, dan palawija. Apalagi dengan berlakunya sistem comenda dalam pelayaran dan perdagangan pada waktu itu (D.H. Burger, 1962 : 25-26), membuat Ratu Kalinyamat tidak hanya sebagai penguasa politik, tetapi juga sebagai pedagang.
Sesuai dengan letak geografis sebagai kota pelabuhan, Jepara menempati suatu titik yang menghubungkan dunia daratan dan dunia lautan. Dunia daratan adalah daerah Pati, Jepara, Juana, dan Rembang, sedang dunia lautan adalah jalur perdagangan dan pelayaran dengan daerah-daerah sekitarnya mau pun daerah seberang laut. Dengan demikian dilihat dari segi ekonomi, pelabuhan Jepara berfungsi sebagai tempat menampung surplus dari daerah hinterland untuk memenuhi warganya dan didistribusikan ke daerah-daerah lain di seberang lautan. Sebaliknya Jepara juga berfungsi menampung produk-produk dari daerah luar untuk selanjutnya didistribusikan atau diperdagangkan ke daerah-daerah hinterland yang membutuhkan.
Hanya tiga tahun di bawah kekuasaan Ratu Kalinyamat, kekuatan armada Jepara telah pulih kembali. Berita Portugis melaporkan adanya hubungan antara Ambon dengan Jepara. Diberitakan bahwa para pemimpin Persekutuan Hitu di Ambon telah berulang kali minta bantuan kepada Jepara, baik untuk memerangi orang-orang Portugis maupun suku Hative di Maluku (H.J. de Graaf, 1986: 130).
Bukti kejayaan Jepara pada zaman itu antara lain adalah armada laut yang besar dan kuat yang dimiliki Ratu Kalinyamat. Usaha melanjutkan cita-cita Adipati Unus untuk mengusir Portugis dari Malaka, menunjukkan bahwa Malaka merupakan salah satu titik dari jaringan perdagangan kota pelabuhan Jepara yang mulai mendunia. Sumber Portugis juga menjelaskan bahwa pada masa kekuasaan Ratu Kalinyamat, Jepara juga menjalin hubungan dengan para pedagang di Ambon. Beberapa kali para pemimpin pelaut dan pedagang Ambon di Hitu meminta bantuan pertolongan kepada Ratu Kalinyamat untuk melawan orang-orang Portugis maupun dengan suku lain yang masih seketurunan, yaitu orang-orang Hative. Hal ini merupakan indikasi bahwa Jepara juga mempunyai jaringan perdagangan dengan Ambon.

C.     Mitos Ratu Kalinyamat
Ratu Kalinyamat adalah seorang perempuan yang mendirikan kerajaan kecil di Mantingan, dekat Jepara. Istri Sultan Hadirin ini terpaksa menjadi janda pada tahun 1549 setelah suaminya dibunuh oleh Aryo Penangsang. Karena sangat berduka kehilangan suaminya, Ratu Kalinyamat dikisahkan bertapa agar dapat membalas kematian suaminya.
Tempat pertapaan Ratu Kalinyamat ini berada di Desa Tulakan, Kecamatan Keling, sekitar 40 kilometer arah timur laut Kota Jepara, atau 78 kilometer dari Kota Kudus, Jawa Tengah. Disana ada salah satu sudut bukit yang kini menjadi Desa Tulakan, tempat Ratu Kalinyamat bertapa selama bertahun-tahun tanpa busana dan berbalutkan rambutnya yang panjang. Ia memohon pertolongan dari Tuhan agar dapat melampiaskan dendam kesumatnya terhadap Aryo Penangsang, salah seorang murid kesayangan Sunan Kudus.
Ratu Kalinyamat pun sempat bersumpah, “Ora pisan-pisan ingsun jengkar saka tapa ingsun yen durung bisa kramas getihe lan kesed jambule Aryo Penangsang.”
Ratu Kalinyamat berjanji tidak akan mengakhiri tapa telanjang sebelum menjadikan kepala Arya Penangsang sebagai alas kaki Sang Ratu. Mengetahui hal tersebut, adik ipar Ratu Kalinyamat yang bernama Raden Hadiiwijaya (jaka tingkir). Setelah melalui strategi dan pertempuran yang sengit antara Danang Sutowijoyo (putra Ki Gede Pamanahan) yang menjabat ssebagain senopati Hadiwijaya, akhirnya Aryo Penangsang berhasil di kalahkan dan tewas secara tragis ususnya terburai oleh kerisnya sendiri. Dan Hadiwijaya membawa kepala dan darah Aryo Penangsang kehadapan Ratu Kalinyamat. Setelah membuat keset (alas kaki) dan darahnya digunakan sebagai keramas, maka baru berakhirlah tapa telanjang yang dilakukan Ratu Kalinyamat.
Pertapaan Ratu Kalinyamat dengan sumpahnya itu ditafsirkan oleh masyarakat sebagai wujud kesetiaan, kecintaan dan pengabdian Sang Ratu kepada suaminya. Ia dengan kesadaran dan keikhlasan yang tinggi bersedia meninggalkan gemerlapnya kehidupan istana.
Tempat pemandian untuk berendam (tapa kungkum) di sungai kecil dekat pertapaan kini dibangun pula pagar pemisah untuk peziarah pria dan wanita. Jalanan dan halaman situs pun telah diperkeras dengan paving block. Situs pertapaan Ratu Kalinyamat ini setiap malam Jumat Wage dipenuhi peziarah yang datang dari berbagai daerah di sekitar Jepara.
”Para peziarah kebanyakan kaum perempuan yang ingin cantik alami
seperti Ratu Kalinyamat. Syaratnya, mereka terlebih dahulu harus mandi di sungai kecil yang ada di dekat situs bekas pertapaan. Kemudian disusul dengan laku tapa atau meditasi selama 40 hari” ujar supami, juru kunci pertapaan Ratu Kalinyamat. Menurut Suparni, setiap Jumat Wage banyak orang yang berziarah. Di tempat itu, mereka berdoa pada Allah Swt. “Doanya ada yang terkabul. Lewat berdoa di situ kemudian dia dengan sukarela memberi bantuan sampai jutaan rupiah untuk membangun tempat ini,” ujar Suparni.
Kegiatan yang dilakukan di pertapaan itu tidak ada pantangannya. Tidak ada larangan. Tetapi untuk menjaga kelestariannya dilarang menebang pohon. Larangan menebang pohon sudah berlaku sejak 1989 silam. Sebab, sebelumnya pohon-pohon di area makan banyak ditebangi untuk keperluan bangunan.
“Berziarah harus bersuci terlebih dahulu seperti berwudhu.”

D.    Tradisi Pesta Baratan
Pesta Baratan adalah salah satu tradisi karnaval masyarakat Jepara yang erat kaitannya dengan Ratu Kalinyamat. Kata “baratan” berasal dari sebuah kata Bahasa Arab, yaitu “baraah” yang berarti keselamatan atau “barakah” yang berarti keberkahan. Tradisi Pesta Baratan dilaksanakan setiap tanggal 15 Sya’ban (kalender Komariyah) atau 15 Ruwah (kalender Jawa) yang bertepatan dengan malam nishfu syakban. sebuah tradisi arak- arakan yang digelar pada saat Nisyfu Sya’ban (pertengahan bulan Sya’ban) yang dimulai dari Masjid Al-Makmur desa Kriyan, kecamatan Kalinyamatan dan finish di pendopo kecamatan Kalinyamatan. Acara baratan tersebut diikuti oleh seorang yang berperan sebagai Ratu Kalinyamat yang menaiki kereta kuda, sosok sang ratu memakai baju merah dengan sanggulnya yang khas dan rambut yang tergerai. diikuti para dayang di kanan kirinya, para pengawal mengapitnya. Para prajurit dikuti oleh terbangan sholawatan dari daerah sekitar dan anak- anak yang membawa lampion, obor, maupun tetabohan- tetabohan.
Sampai di Lapangan Kenari, digelar aksi teatrikal yang memperlihatkan bagaimana perjuangan Ratu Kalinyamat melawan penjajah Portugis. Masyarakat yang ingin menyaksikan bagaimana pagelaran itu dilaksanakan, memadati lapangan tersebut.
Menurut cerita orang terdahulu mengatakan tradisi tersebut merujuk pada peristiwa pembunuhan Sultan Hadirin, suami Ratu Kalinyamat, yang dilakukan oleh Arya Penangsang. Jenazah Hadirin, waktu itu, diboyong pada malam hari maka butuh sebuah lampu penerang berupa oncor. Sebagai simbolisasi peristiwa tersebut setiap 15 Syakban masyarakat memperingatinya dengan pawai oncor atau obor.
Sesuai dengan artinya Baratan sesuai dengan kata asalnya Bara’atan berarti lebaran atau melebur.dengan adanya baratan orang Jepara yang berasal dari beberapa daerah berkumpul untuk mengikuti arak-arakan ataupun sekedar menonton. Dengan berkumpulnya tersebut maka mereka dapat menyambung tali silaturohmi dan saling memaafkan kesalahan masing-masing, sehingga saat Ramadlan tiba dosanya sudah melebur sehingga hatinya bersih dan ringan serta diberikan kemudahan menjalankan ibadah Puasa Ramadlon yang suci.


Dokumentasi Pesta Baratan Ratu Kalinyamat















1 komentar:

  1. Bet with 1xbet korean (100% Legalbet.co.kr)
    Betting หาเงินออนไลน์ on 1xbet korean is possible only with a few clicks of the septcasino button. However if you are on a 1xbet korean bet of 2XBET and want to use it in a

    BalasHapus

MENDAFTAR UJIAN SERTIFIKASI PABEAN   Mendaftar ujian sertifikasi pabean dapat dilakukan secara mandiri maupun melalui lembaga kursus pab...