PENGANTAR ILMU BUDAYA
MITOS DAN PERAN RATU KALINYAMAT
DALAM PERKEMBANGAN MASYARAKAT JEPARA
Disusun
oleh:
Marizka
Khoirunnisa’ (2301415040)
FAKULTAS
BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG
2016
A. Ratu
Kalinyamat
Ratu
Kalinyamat adalah putri Pangeran Trenggana dan cucu Raden Patah, sultan Demak
yang pertama. Ratu Kalinyamat mempunyai
nama asli Retna Kencana yang kemudian dikenal sebagai Ratu Kalinyamat. Retna
Kencana kemudian tampil sebagai tokoh sentral dalam penyelesaian konflik di
lingkungan keluarga Kesultanan Demak. Setelah kematian Arya Penangsang, Retna
Kencana dilantik menjadi penguasa Jepara dengan gelar Ratu Kalinyamat.
Penobatan ini ditandai dengan sengkalan tahun (candra sengkala) Trus Karya
Tataning Bumi yang diperhitungkan sama dengan 10 April 1549. Selama masa
pemerintahan Ratu Kalinyamat, Jepara semakin pesat perkembangannya. Menurut
sumber Portugis yang ditulis Meilink-Roelofsz menyebutkan bahwa Jepara menjadi
kota pelabuhan terbesar di pantai utara Jawa dan memiliki armada laut yang
besar dan kuat pada abad ke-16.
Ratu
Kalinyamat dapat digambarkan sebagai tokoh wanita yang cerdas, berwibawa,
bijaksana, dan pemberani. Kewibawaan dan kebijaksanaannya tercermin dalam
peranannya sebagai pusat keluarga Kesultanan Demak. Walau pun Ratu Kalinyamat
sendiri tidak berputera, namun ia dipercaya oleh saudara-saudaranya untuk
mengasuh beberapa keponakannya. Menurut sumber-sumber sejarah tradisional dan
cerita-cerita tutur di Jawa, ternyata ia menjadi pusat keluarga Kerajaan Demak
yang telah tercerai berai sesudah meninggalnya Sultan Trenggana dan Sultan
Prawata.
Ratu
Kalinyamat adalah seorang raja perempuan yang bertempat tinggal di Kalinyamat,
suatu daerah di Jepara yang sampai sekarang masih ada. Kalinyamat kira-kira 18
kilo meter dari Jepara masuk ke pedalaman, di tepi jalan ke Jepara-Kudus. Pada
abad ke-16 Kalinyamat menjadi tempat kedudukan raja-raja di Jepara. Kalinyamat
adalah nama suatu daerah yang juga dipakai sebagai nama penguasanya. Th. C.
Leeuwendal, Asisten Residen Jepara dalam Oudheidkundig Verslag 1930 menjelaskan
mengenai lokasi kraton Kalinyamat dengan menggunakan berita dari Diego de
Couto. Peta Karesidenan Kalinyamat terletak kira-kira 2 pal sebelah selatan
Krasak dan di sebelah barat jalan besar Kudus-Jepara.
B.
Peran Ratu Kalinyamat terhadap Masyarakat
Jepara
Di
bawah pemerintahan Ratu Kalinyamat, Jepara mengalami perkembangan tersendiri.
Kekalahan dalam perang di laut melawan Malaka pada tahun 1512-1513 pada masa
pemerintahan Pati Unus, menyebabkan Jepara nyaris hancur. Akan tetapi
perdagangan lautnya tidaklah musnah sama sekali. (H.J. de Graaf, 1986: 125).
Kegiatan ekonomi menjadi semakin terbengkalai pada saat wilayah Kesultanan
Demak menjadi ajang pertempuran antara Arya Penangsang dengan keturunan Sultan
Trenggana. Meski pun demikian, perdagangan lautnya masih dapat berlangsung,
walau kurang berkembang.
Setelah
berakhirnya peperangan melawan Arya Penangsang, Jepara mengalami perkembangan
tersendiri. Apabila Sultan Pajang sibuk dalam rangka konsolidasi wilayah, maka
Jepara pun sibuk membenahi pemerintahan dan ekonomi yang terbengkelai selama
intrik politik berlangsung. Perdagangan di laut Jepara dapat berlangsung meski
pun kurang berkembang.
Namun
beberapa tahun setelah berkuasa, Ratu Kalinyamat berhasil memulihkan kembali
perdagangan Jepara. Konsolidasi ekonomi memang diutamakan oleh Ratu Kalinyamat.
Di bawah pemerintahannya, pada pertengahan abad ke 16 perdagangan Jepara dengan
daerah seberang laut semakin ramai. Pedagang-pedagang dari kota-kota pelabuhan
di Jawa seperti Banten, Cirebon, Demak, Tuban, Gresik, dan juga Jepara menjalin
hubungan dengan pasar internasional Malaka. Dari Jepara para pedagang
mendatangi Bali, Maluku, Makasar, dan Banjarmasin dengan barang-barang hasil
produksi daerahnya masing-masing (Meilink Roelofsz, 1962: 103-115). Dari
pelabuhan-pelabuhan di Jawa diekspor beras ke daerah Maluku dan sebaliknya dari
Maluku diekspor rempah-rempah untuk kemudian diperdagangkan lagi. Bersama
dengan Demak, Tegal, dan Semarang, Jepara merupakan daerah ekspor beras
(Armando Cortesao, 1967: 188).
Menurut
berita Portugis, Ratu Jepara itu merupakan tokoh penting di Pantai Utara Jawa
Tengah dan Jawa Barat sejak pertengahan abad ke-16 (H.J. de Graaf, 1986 : 128).
Di bawah Ratu Kalinyamat, strategi pengembangan Jepara lebih diarahkan pada
penguatan sektor perdagangan dan angkatan laut. Kedua bidang ini dapat
berkembang baik berkat adanya kerjasama dengan beberapa kerajaan maritim
seperti Johor, Aceh, Banten, dan Maluku.
Meski
pun daerahnya kurang subur, namun di wilayah kekusaan Ratu Kalinyamat terdapat
empat kota pelabuhan sebagai pintu gerbang perdagangan di pantai utara Jawa
Tengah bagian timur yaitu Jepara, Juana, Rembang, dan Lasem. Oleh karena itu
wajar apabila Ratu Kalinyamat dikenal sebagai orang yang kaya raya. Kekayaannya
diperoleh melalui perdagangan internasional, terutama dengan Malaka dan Maluku.
Jepara merupakan pensuplai beras yang dihasilkan di daerah hinterland. Selain
berperan sebagai pelabuhan transito juga menjadi pengekspor gula, madu, kayu,
kelapa, kapok, dan palawija. Apalagi dengan berlakunya sistem comenda dalam
pelayaran dan perdagangan pada waktu itu (D.H. Burger, 1962 : 25-26), membuat
Ratu Kalinyamat tidak hanya sebagai penguasa politik, tetapi juga sebagai pedagang.
Sesuai
dengan letak geografis sebagai kota pelabuhan, Jepara menempati suatu titik
yang menghubungkan dunia daratan dan dunia lautan. Dunia daratan adalah daerah
Pati, Jepara, Juana, dan Rembang, sedang dunia lautan adalah jalur perdagangan
dan pelayaran dengan daerah-daerah sekitarnya mau pun daerah seberang laut.
Dengan demikian dilihat dari segi ekonomi, pelabuhan Jepara berfungsi sebagai
tempat menampung surplus dari daerah hinterland untuk memenuhi warganya dan
didistribusikan ke daerah-daerah lain di seberang lautan. Sebaliknya Jepara
juga berfungsi menampung produk-produk dari daerah luar untuk selanjutnya
didistribusikan atau diperdagangkan ke daerah-daerah hinterland yang
membutuhkan.
Hanya
tiga tahun di bawah kekuasaan Ratu Kalinyamat, kekuatan armada Jepara telah
pulih kembali. Berita Portugis melaporkan adanya hubungan antara Ambon dengan
Jepara. Diberitakan bahwa para pemimpin Persekutuan Hitu di Ambon telah
berulang kali minta bantuan kepada Jepara, baik untuk memerangi orang-orang Portugis
maupun suku Hative di Maluku (H.J. de Graaf, 1986: 130).
Bukti
kejayaan Jepara pada zaman itu antara lain adalah armada laut yang besar dan
kuat yang dimiliki Ratu Kalinyamat. Usaha melanjutkan cita-cita Adipati Unus
untuk mengusir Portugis dari Malaka, menunjukkan bahwa Malaka merupakan salah
satu titik dari jaringan perdagangan kota pelabuhan Jepara yang mulai mendunia.
Sumber Portugis juga menjelaskan bahwa pada masa kekuasaan Ratu Kalinyamat,
Jepara juga menjalin hubungan dengan para pedagang di Ambon. Beberapa kali para
pemimpin pelaut dan pedagang Ambon di Hitu meminta bantuan pertolongan kepada
Ratu Kalinyamat untuk melawan orang-orang Portugis maupun dengan suku lain yang
masih seketurunan, yaitu orang-orang Hative. Hal ini merupakan indikasi bahwa
Jepara juga mempunyai jaringan perdagangan dengan Ambon.
C.
Mitos Ratu Kalinyamat
Ratu
Kalinyamat adalah seorang perempuan yang mendirikan kerajaan kecil di
Mantingan, dekat Jepara. Istri Sultan Hadirin ini terpaksa menjadi janda pada
tahun 1549 setelah suaminya dibunuh oleh Aryo Penangsang. Karena sangat berduka
kehilangan suaminya, Ratu Kalinyamat dikisahkan bertapa agar dapat membalas
kematian suaminya.
Tempat
pertapaan Ratu Kalinyamat ini berada di Desa Tulakan, Kecamatan Keling, sekitar
40 kilometer arah timur laut Kota Jepara, atau 78 kilometer dari Kota Kudus,
Jawa Tengah. Disana ada salah satu sudut bukit yang kini menjadi Desa Tulakan,
tempat Ratu Kalinyamat bertapa selama bertahun-tahun tanpa busana dan
berbalutkan rambutnya yang panjang. Ia memohon pertolongan dari Tuhan agar
dapat melampiaskan dendam kesumatnya terhadap Aryo Penangsang, salah seorang
murid kesayangan Sunan Kudus.
Ratu
Kalinyamat pun sempat bersumpah, “Ora pisan-pisan ingsun jengkar saka tapa
ingsun yen durung bisa kramas getihe lan kesed jambule Aryo Penangsang.”
Ratu
Kalinyamat berjanji tidak akan mengakhiri tapa telanjang sebelum menjadikan
kepala Arya Penangsang sebagai alas kaki Sang Ratu. Mengetahui hal tersebut,
adik ipar Ratu Kalinyamat yang bernama Raden Hadiiwijaya (jaka tingkir).
Setelah melalui strategi dan pertempuran yang sengit antara Danang Sutowijoyo
(putra Ki Gede Pamanahan) yang menjabat ssebagain senopati Hadiwijaya, akhirnya
Aryo Penangsang berhasil di kalahkan dan tewas secara tragis ususnya terburai
oleh kerisnya sendiri. Dan Hadiwijaya membawa kepala dan darah Aryo Penangsang
kehadapan Ratu Kalinyamat. Setelah membuat keset (alas kaki) dan darahnya
digunakan sebagai keramas, maka baru berakhirlah tapa telanjang yang dilakukan
Ratu Kalinyamat.
Pertapaan
Ratu Kalinyamat dengan sumpahnya itu ditafsirkan oleh masyarakat sebagai wujud
kesetiaan, kecintaan dan pengabdian Sang Ratu kepada suaminya. Ia dengan
kesadaran dan keikhlasan yang tinggi bersedia meninggalkan gemerlapnya
kehidupan istana.
Tempat
pemandian untuk berendam (tapa kungkum) di sungai kecil dekat pertapaan kini
dibangun pula pagar pemisah untuk peziarah pria dan wanita. Jalanan dan halaman
situs pun telah diperkeras dengan paving
block. Situs pertapaan Ratu Kalinyamat ini setiap malam Jumat Wage dipenuhi
peziarah yang datang dari berbagai daerah di sekitar Jepara.
”Para
peziarah kebanyakan kaum perempuan yang ingin cantik alami
seperti Ratu Kalinyamat. Syaratnya, mereka terlebih dahulu harus mandi di sungai kecil yang ada di dekat situs bekas pertapaan. Kemudian disusul dengan laku tapa atau meditasi selama 40 hari” ujar supami, juru kunci pertapaan Ratu Kalinyamat. Menurut Suparni, setiap Jumat Wage banyak orang yang berziarah. Di tempat itu, mereka berdoa pada Allah Swt. “Doanya ada yang terkabul. Lewat berdoa di situ kemudian dia dengan sukarela memberi bantuan sampai jutaan rupiah untuk membangun tempat ini,” ujar Suparni.
seperti Ratu Kalinyamat. Syaratnya, mereka terlebih dahulu harus mandi di sungai kecil yang ada di dekat situs bekas pertapaan. Kemudian disusul dengan laku tapa atau meditasi selama 40 hari” ujar supami, juru kunci pertapaan Ratu Kalinyamat. Menurut Suparni, setiap Jumat Wage banyak orang yang berziarah. Di tempat itu, mereka berdoa pada Allah Swt. “Doanya ada yang terkabul. Lewat berdoa di situ kemudian dia dengan sukarela memberi bantuan sampai jutaan rupiah untuk membangun tempat ini,” ujar Suparni.
Kegiatan
yang dilakukan di pertapaan itu tidak ada pantangannya. Tidak ada larangan.
Tetapi untuk menjaga kelestariannya dilarang menebang pohon. Larangan menebang
pohon sudah berlaku sejak 1989 silam. Sebab, sebelumnya pohon-pohon di area
makan banyak ditebangi untuk keperluan bangunan.
“Berziarah
harus bersuci terlebih dahulu seperti berwudhu.”
D.
Tradisi Pesta Baratan
Pesta
Baratan adalah salah satu tradisi karnaval masyarakat Jepara
yang erat kaitannya dengan Ratu Kalinyamat. Kata “baratan” berasal dari sebuah
kata Bahasa Arab, yaitu “baraah” yang berarti keselamatan atau “barakah” yang
berarti keberkahan. Tradisi Pesta Baratan dilaksanakan setiap tanggal 15
Sya’ban (kalender Komariyah) atau 15 Ruwah (kalender Jawa) yang bertepatan
dengan malam nishfu syakban. sebuah tradisi
arak- arakan yang digelar pada saat Nisyfu Sya’ban (pertengahan bulan Sya’ban)
yang dimulai dari Masjid Al-Makmur desa Kriyan, kecamatan Kalinyamatan dan
finish di pendopo kecamatan Kalinyamatan. Acara baratan tersebut diikuti oleh
seorang yang berperan sebagai Ratu Kalinyamat yang
menaiki kereta kuda, sosok sang ratu memakai baju merah dengan sanggulnya yang
khas dan rambut yang tergerai. diikuti para dayang
di kanan kirinya, para pengawal mengapitnya. Para prajurit dikuti oleh terbangan sholawatan dari daerah
sekitar dan anak- anak yang membawa lampion, obor, maupun tetabohan- tetabohan.
Sampai
di Lapangan Kenari, digelar aksi teatrikal yang memperlihatkan bagaimana
perjuangan Ratu Kalinyamat melawan penjajah Portugis. Masyarakat yang ingin menyaksikan
bagaimana pagelaran itu dilaksanakan, memadati lapangan tersebut.
Menurut cerita orang terdahulu mengatakan tradisi
tersebut merujuk pada peristiwa pembunuhan Sultan Hadirin, suami Ratu
Kalinyamat, yang dilakukan oleh Arya Penangsang. Jenazah Hadirin, waktu itu,
diboyong pada malam hari maka butuh sebuah lampu penerang berupa oncor. Sebagai
simbolisasi peristiwa tersebut setiap 15 Syakban masyarakat memperingatinya
dengan pawai oncor atau obor.
Sesuai dengan artinya Baratan sesuai dengan kata
asalnya Bara’atan berarti lebaran atau melebur.dengan adanya baratan orang
Jepara yang berasal dari beberapa daerah berkumpul untuk mengikuti arak-arakan
ataupun sekedar menonton. Dengan berkumpulnya tersebut maka mereka dapat
menyambung tali silaturohmi dan saling memaafkan kesalahan masing-masing,
sehingga saat Ramadlan tiba dosanya sudah melebur sehingga hatinya bersih dan
ringan serta diberikan kemudahan menjalankan ibadah Puasa Ramadlon yang suci.
Dokumentasi Pesta Baratan Ratu
Kalinyamat
Bet with 1xbet korean (100% Legalbet.co.kr)
BalasHapusBetting หาเงินออนไลน์ on 1xbet korean is possible only with a few clicks of the septcasino button. However if you are on a 1xbet korean bet of 2XBET and want to use it in a